Rabu, Januari 16, 2008

Allah Sesuai Prasangka Makhluknya

Ingat bahwa Allah sesuai dengan prasangka hambaNya. Bagaimana Allah adalah bagaimana perasaan kita menyangkaNya. Jika kita tidak yakin kepada Allah Swt maka Allah pun akan melakukan hal yang sama kepada diri kita. Akan tetapi jika kita berusaha mendekat dan yakin kepadaNya maka langkah Allah akan jauh lebih cepat dari langkah kita. Dalam satu hadits Qudsi dikatakan :
 
"Aku selalu menuruti sangkaan hamba-Ku kepada-Ku. Dan Aku selalu menyertainya ketika ia berzikir kepada-Ku. Dan jika ia ingat kepada-Ku di dalam jiwanya, maka Akupun mengingatnya di dalam Zat-Ku. Dan jika ia ingat kepada-Ku ditempat ramai, Akupun mengingatnya ditempat ramai yang lebih baik daripadanya. Jika ia mendekat kepada-Ku sejengkal, Aku pun mendekat kepadanya sehasta, jika ia mendekat kepada-Ku sehasta, maka Aku pun ingat kepadanya satu depa. Dan jika ia datang kepada-Ku dengan berjalan, Aku pun akan datang kepadanya dengan berlari cepat "


Never miss a thing. Make Yahoo your homepage.

Renungan Belajar

Dalam kehidupan yang kita jalani ini, tentu berbagai persoalan dan masalah akan kita hadapi. Persoalan dan masalah tersebut sebagai wujud kecintaan Allah kepada kita sehingga kita selalu mengingat-Nya. Untuk itu perlu kita belajar tiga hal :
  1. Belajar Syukur
  2. Belajar Penghormatan
  3. Belajar Mendo'akan Orang Lain

Ketiga hal tersebut di atas tentu tidaklah mudah kita lakukan, tanpa perlu latihan secara maksimal disetiap waktu dan kesempatan.

Mencari Senangnya Orang Lain

Dalam kehidupan keluarga, sadar atau tidak terkadang kita mengalami ketidak cocokan antara suami dengan istri atau sebaliknya atau antara anak dengan orang tua atau sebaliknya. Seorang suami terkadang memaksakan kehendaknya, yang mengganggap pendapatnya adalah yang benar dan harus diikuti oleh anggota keluarga yang lain. Dengan demikian akan terjadi perselisihan diantara keduanya. Si suami beranggapan bahwa pendapatnya atau keinginannya semata-mata untuk mencari kesenangan semuanya termasuk istri dan anak-anaknya. Padahal justru istri dan anak-anaknya tidak senang dengan pola perlakukan dan sikap dari seorang suami.
 
Suami berkeinginan membahagianan dan menyenangkan istrinya, padahal dengan cara tersebut justru malah sebaliknya. Oleh karena itu suami perlu koreksi diri dan merubah tujuannya yaitu "berusaha untuk membahagiakan dan menyenangkan istri dan anak-anaknya". Kalu demikian tujuannya, maka istri dan anak-anaknya akan bahagia, dan suamipun juga akan bahagia dalam bingkai cinta kepada Allah SWT.

Nderek Kersan-e Gusti Allah


SEJAK ada seorang Menteri Negara yang datang ke rumah wan Ali , banyak pejabat di daerah sering menemui wan Ali. Mulai dari pejabat selevel Gubernur hingga Kepala Desa atau calon Kepala Desa. Termasuk para pengusaha, hartawan dan wartawan.

Karena yang datang banyak, maka tak heran jika niat mereka yang ingin bertemu dengan wan Ali pun banyak macamnya. Ada yang bermaksud untuk meminta saran tentang jalan keluar dari problem hidup yang mereka hadapi.
Ada juga yang meminta untuk dido’akan agar urusannya bisa berjalan lancar. Dan tidak sedikit pula di antara mereka itu ada yang minta untuk disembuhkan dari berbagai jenis penyakit. Ndilalahnya, dari sekian banyak orang-orang yang pernah menemui wan Ali dengan segudang permasalahannya masing-masing itu, tak ada satu pun yang kecewa.
Semua hajat yang pernah mereka utarakan kepada wan Ali, ndilalahnya, kersane Gusti Allah, diwujudkan Allah sesuai dengan yang diinginkan oleh orang yang menyampaikan keluhan tersebut kepada wan Ali. Gara-gara itulah, lalu tersebarlah berita tentang kehebatan wan Ali dari mulut ke mulut. Tamu-tamu pun terus berdatangan.
Akibat tamu-tamu yang berkunjung ke rumahnya tak pernah berhenti, warung hikmah wan Ali pun akhirnya jarang buka. Kalau pun, misalnya, buka, maka jadwal bukanya tidak seperti biasanya. Pasalnya, baru saja buka, tiba-tiba wan Ali sudah disusul oleh istrinya atau anak-anaknya yang memberitahu bahwa di rumahnya ada tamu yang ingin bertemu dengan wan Ali.
Meskipun jarang buka dan jarang bertemu dengan tiga pelanggan tetapnya --- yaitu wan Imin, wan Juned dan wan Abu --- tapi secara hati, wan Ali bisa merasakan bagaimana keadaan ruhani ketiga sahabatnya itu. Wan Ali tahu kalau dirinya sedang ‘diadili’ dan ‘digugat’ oleh wan Imin, wan Abu dan wan Juned. Tapi, karena kondisi yang memang lagi kurang kondusif, maka wan Ali pun berusaha untuk menafikan tentang perasaan yang sedang berkecamuk dalam dirinya.
Ketika ada waktu luang setelah menerima tamu-tamu yang ingin musyawarah padanya, wan Ali mencoba untuk memanfaatkan waktu luang itu dengan cara berkunjung ke rumah wan Juned. Kebetulan saat dia datang ke rumah wan Juned, ada wan Imin dan wan Abu.
“Wah … pucuk dicinta, ulam pun tiba. Alhamdulillah akhirnya bisa ketemu juga. Wah … sekarang betul-betul sudah sibuk ya, wan Ali. Saking sibuknya, sampai-sampai kami sering kesulitan untuk bisa ketemu sampeyan?” ujar wan Abu.
“Saya itu kan hanya nderek kersan-e Gusti Allah. Kalau mau menurutkan nafsunya saya, sebetulnya saya lebih senang berjualan kopi di warung. Tapi, karena Gusti Allah yang menggerakkan orang-orang itu datang ke rumah saya, ya mau bagaimana lagi? Masak saya berani menolak dan mengusir mereka. Iya kan?” kata wan Ali.“Yang penting,” tukasnya, “meski kita jarang ketemu, tapi secara hati kan kita tetap dekat dan tetap bisa saling mendo’akan. Itulah kuncinya untuk bisa nderek kersan-e Gusti Allah. Manut napa sae-ne miturut Gusti Allah.”